"Karangan Bunga", Bentuk Indahnya tidak Seindah Dampaknya
Siapa yang tidak tahu karangan bunga. Setiap ada peristiwa tertentu, masyarakat kita pasti mengirimkan karangan bunga. Mulai dari acara sunatan hingga pesta kimpoian. Kalo kita lihat gambar karangan bunga pasti terlihat tidak ada yang salah dengan karangan bunga tersebut. Ya walaupun kadang tulisannya nyeleneh, karangan bunga tersebut tetep sedap dipandang mata. Namun, tahukah kamu keidahan karangan bunga tidak seindah dampaknya terhadap lingkungan. "Loh memangnya kenapa tuh gan? Kan itu bunga bunga, bukanya justru malah bagus ya? bikin asri lingkungan". Eitss! tunggu dulu, bunganya sih memang tidak salah tapi yang "dibaliknya" itu loh yang bahaya.
Karangan Bunga Musuh Lingkungan?
Sebenernya tidak semua karangan bunga menjadi ancaman buat lingkungan kita gan. Karangan Bunga yang ane maksud disini ialah karangan bunga yang biasanya berbentuk papan persegi yang mana terdapat rangkaian tulisan yang tersusun dari bunga-bunga atau terdapat rangkaian hiasan bunga buga pada permukaan papan tersebut. Namun selain bunga terdapat bahan lain yang juga penting dan selalu ada dalam rangkaian bunga seperti ini yaitu...
polystyrene foam alias STYROFOAM alias Gabus
Yap bahan ini pasti kita temui pada karangan bunga, baik sebagai alas dari karangan bunga atau sebagai huruf huruf. Nah ini yang jadi biang keladinya gan. Ane yakin semua udah pada tau kan efek dari bahan tersebut.
Mengapa ane memilih karangan bunga sebagai pembahasan? padahal banyak benda lain yang juga menggunakan gabus. Menurut Pendapat pribadi ane, styrofoam pada karangan bunga cukup besar sehingga bila jumlahnya banyak maka memberikan efek yang cukup besar bila terus dibiarkan. Lalu, penggunaan tradisi karangan bunga sebenernya tidak penting penting amat (kayanya cuma indo yang ada kaya gini. CMIIW). Berbeda dengan makanan dan minuman yang berkaitan dengan kelangsungan fisik kita. Selain itu masyarakat kita juga sepertinya juga kurang menyadari, bahwa dibalik karangan bunga ada dampak yang cukup berbahaya jika dibiarkan.
Dari pemberitaan yang kita dengar kemarin kemarin, khususnya bagi warga jakarta, pasti tau kan kalo ada peristiwa dimana balai kota seketika menjadi "taman bunga". Pas baca beritanya sih ane langsung mikir "Gila! styrofoam sebanyak itu mau dikemanain weh" Bayangin aja pada bulan april jumlahnya mencapai 1000-an, kemudian di bulan oktober mencapai 500an. Wew!. Bukan hanya balai kota saja, namun acara acara lain seperti peresmian gedung, pernikahan, bahkan wisuda pun turut dihiasi dengan karangan bunga.
Seperti yang ane sebutkan sebelumya, bahwa styrofoam lah yang berbabahaya bagi lingkungan. Mungkin ada yang belum tau kenapa ia berbahaya. Silahkan cek dibawah ini gan.
Styrofoam dan dampaknya terhadap lingkungan
1. Styrofoam sulit terurai
Setidaknya dibutuhkan 500 tahun agar styrofoam dapat terurai. Pada beberapa negara maju, sudah terdapat teknologi untuk "mengurai" bahan ini. Sehingga bentuknya menjadi lebih kecil kecil dan dapat didaur ulang untuk nampan restoran cepat saji atau barang barang lain yang bukan sebagai alas makan ataupun tempat minuman
2. Masih gunakan CFC
Selain mengganggu lingkungan, styrofoam ternyata ikut berkontribusi pada timbulnya efek rumah kaca. Menurut Enri, proses pembuatan produk plastik itu hingga kini masih menggunakan chloro fluoro carbon (CFC) yang menjadi penyebab efek rumah kaca. Pembuatan styrofoam itu biasanya menggunakan CFC untuk mengelembungkannya.
3. Penyebab tersumbatnya saluran air dan penyebab banjir
Pada tahun 2016 sampah styrofom di wilayah bandung mencapai 27 ton per bulan. Meskipun ringan, styrofoam merupakan jumlah yang cukup banyak. Jumlahnya yang banyak dan sulit terurai inilah yang menyebabkan saluran air menjadi mampet sehingga bila terus diakumulasi dalam jangka waktu tertentu pasti menjadi penyebab banjir.
4. Bersifat mikroplastik
Mikroplastik menjadi masalah utama dalam isu sampah plastik saat ini. Sampah plastik terutama styrofoam yang dibuang ke perairan lama kelamaan akan terpecah-pecah menjadi pecahan kecil plastik tak kasat mata yang disebut mikroplastik. Mikroplastik itu kemudian dimakan oleh ikan. Ikan itu lalu dimakan oleh kita. Itu artinya benzenanya juga masuk ke dalam tubuh kita.
Lalu Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Pertama, Menurut ane hal sederhana yang bisa dilakukan adalah pengurangan kebiasaan kita untuk membuat karangan bunga. Walaupun hal ini sudah menjadi tradisi namun nampaknya tradisi seperti ini sudah harus ditinggalkan mengingat dampaknya yang cukup berbahaya bagi lingkungan.
Kedua, Selain itu kita juga harus mendukung pemerintah untuk segera membuat payung hukum yang jelas mengenai penggunan styrofoam.
Pada tahun lalu, sempat ada peraturan diet plastik. Namun, sayangnya peraturan tersebut dicabut. Saat tahun 2016, walikota Bandung juga mengeluarkan larangan penggunaan styrofoam bagi kemasan makanan dan minuman di wilayah Bandung. Andaikan peraturan tersebut dilaksanakan tentu lingkungan kita menjadi lebih sehat. Beberapa kota didunia bahkan sudah melarang penggunaan styrofoam.
Ketiga, Meningkatkan kesadaran masyarakat. Nah bagi yang udah tau buruknya styrofoam atau karangan bunga seperti diatas, jangan lupa share informasi ini ke temen temen, saudara, sepupu, kakek, mba, mas dan semua orang. Semakin banyak orang yang tau, semakin cepat kita bisa memperbaiki lingkungan kita
Keempat, gunakan bahan lain. Murahnya harga styrofoam membuat barang ini laris dipasaran. Pemerintah beserta elemen masyarakat,
beserta instansi akademik harus mendorong dalam kajian kajian yang membahas alternatif styrofoam dari bahan lain, sehingga ramah lingkungan.
Komentar
Posting Komentar