shared space design
Pada beberapa negara di eropa mereka mencoba menerapkan hal baru di jalanan nya. Di beberapa persimpangan atau perempatan atau pertigaan, mereka menghilangkan rambu dan lampu lalu lintas. Semua di desain dengan konsep yang baru. Kalo di liat liat sih mungkin bakal terjadi rawan kecelakaan. Namun, ternyata justru desain ini nampaknya membuat para pengguna jalan menjadi lebih aman.
ini merupakan sebuah "ekseperimen" yang mulai diterapkan di beberapa negara di Eropa salah satunya ialah inggris. Awalanya perempatan ini hanyalah peraempatan biasa yang di hiasi rambu lalu lintas , lampu lalulintas , batas jalan dan marka jalan . Namun , konsep tersebut dihapuskan sehingga yang dapat kita temui hanyalah jalan dengan sedikit batas.
Konsep seperti ini disebut dengan Shared Space Design. Menurut Hans Monderman prinsipnya dengan menghilangkan pembatas pembatas jalan yang ada, maka dapat membuat pengguna jalan untuk lebih berhati-hati. Hilangnya batas batas yang ada maka akan menciptakan ketidakjelasan dan ketidakpastian siapa yang ahrus di prioritaskan pada sebuah jalan, sehingga para pengemudi cenderung melambatkan kendaraanya .Secara teori desain macam ini aman untuk para pejalan kaki, mereka tidak harus mengikuti jalur tapi mereka bebas untuk jalan kemana saja.
DI inggris tingkat kecelakan turun hingga 60%. Di Drcahten, Belanda tingkat kecelakaan yang tadinya 36 kali dalam 4 tahun. Turun menjadi 2 kali dalam dua tahun.
Namun apakah ini bener bener aman? Pada kenyataanya, tahun 2015 parlemen inggris mulai melarang sementara penerapan desain ini. Hingga akhirnya pada tahun 2017 parlemen meminta pemerintah untuk memberhentikan semua skema dan rancangan desain ini. Sejak awal, desain ini sebenearnya cukup kontroversi mengingat ada beberapa pengguna jalan disabilitas yang seharusnya punya akses yang sama dengan orang biasa.
Penerapan desain ini nampaknya akan berhasil ketika semua pengguna jalan (pejalan kaki, mobil, dan sepeda) merasa bahwa mereka memiliki hak dan prioritas yang sama. Sayangnya dalam beberapa kasus, para pengendara mobil masih merasa lebih dominan dan ditambah para pejalan kaki yang masih mengikuti "jalur" padahal mereka bebas ada di mana saja.
BEBERAPA GAMBAR
TAMBAHAN
Konsep ini bukan menjadi solusi untuk mengurai kemacetan gan. Tapi sebuah opsi untuk membuat jalanan menjadi lebih aman bagi semua orang. Menurut ane pribadi konsep macam ini akan sulit diterapkan pada lalu lintas yang padat. Mungkin di masa depan konsep ini akan jauh lebih sempurna, dan tidak menutup kemungkinan bisa diterapkan di Indonesia. Atau mungkin di terapakan pada kota kota yang memiliki tingkat kendaraan bermotor yang rendah atau pada wilayah wilayah lain seperti komplek, kawasan cagar budaya, dan sebagainya.
KESIMPULAN
Jika semua rambu dan batas jalan dikurangi mungkin akan aman bagi sebagian orang. Penerapan desain ini masih ahrus dikaji lagi gan, terutama berkaitan dengan keselamatan para penyandang disabilitas. Lalu, apakah cocok di Indonesia atau Jakarta? Nampaknya kita sudah punya konsep ini sejak lama HAHAHA (canda gan hehe)
Komentar
Posting Komentar